Archive for Mei, 2013


azd11

Arahan Presiden SBY (18/Mei/2013) dalam acara menyimak paparan “Tim Terpadu Riset Mandiri” di Kantor Presiden, Istana Negara (Jakarta) tentang Kebencanaan, Peradaban dan Perkembangan riset Gunung Padang:

1. Menugaskan Mendikbud dan Menteri ESDM untuk Pusat riset kebumian dipercepat dibentuk di ITB sejalan dengan sudah terbentuknya Pasca sarjana Kebumian. Mengingat bencana dan ancaman bencana geologi ada dan nyata, Ilmuwan kebumian diharapkan melakukan riset baik di patahan gempa maupun Gunung Api sehingga bukan hanya mampu mengidentifikasi ancaman saja namun juga mampu mendata kebencanaan masa lalu yang bisa terulang periodeisasinya. Baca lebih lanjut

Andi Arief: Banyak pertanyaan kepada saya apakah Hipotesa adanya bangunan di bawah situs Gunung Padang sudah terbukti? Apakah Luasan situs jauh berlipat dari Candi Borobudur? Apakah Hipotesa ruangan, cawan raksasa serta anomali magnetik / teknologi yang tinggi dibeberapa zone teras juga terbukti.

Pertanyaan ini sedang ditunggu-tunggu jawabannya. kami memahami karena usia situs bawah permukaan berdasarkan uji carbon dating di Batan maupun Lab Beta Miami menunjukkan umur tua dari 600 SM, 9500 SM sampai minimal 25000 SM. Pertayaan selanjutnya di jaman peradaban manusia yang mana bangunan ini di bangun?

Saya akan menjawab pertanyaan yang pertama: Tim Terpadu Riset Mandiri menyatakan hipotesa adanya bangunan di bawah permukaan situs Gunung Padang sudah berhasil dibuktikan secara scientific, melalui coring dan eskavasi mengikuti hasil pemindaian Tim sudah merekam dan mendapatkan Hard fact arkeologisnya. Baca lebih lanjut

UNDANGAN PELUNCURAN BUKU: Plato Tidak Bohong, Atlantis Pernah ada di Indonesia dan Menampilkan Modelling Tsunami Hancurnya Atlantis

Bahasa Indonesia
Peradaban dan siklus Bencana menjadi kini bukan saja telah menjadi pembicaraan tetapi sebagian besar mulai menjadi sebuah kesadaran baru di masyarakat. Sebagaimana mencari bukti peradaban masa lalu, maka kesulitan juga terjadi untuk mendapatkan bukti-bukti bencana hebat yang pernah terjadi baik lokal maupun global sehingga akar terpenting berupa kearifan lokal juga hilang. Semua terjadi karena minimnya data, pendeknya ingatan, dan hilangnya berbagai catatan, manuskrip. Tsunami Aceh, Letusan Merapi membuat kita semua berfikir bahwa datangnya bencana besar sangat mungkin terjadi tiba-tiba tanpa kita pernah tahu sebelumnya bahwa pernah terjadi bencana sebelumnya yang tak tercatat dan terekam dengan baik. Baca lebih lanjut

AKAN SEGERA DIPUBLIKASIKAN MAHA KARYA AGUNG LELUHUR KITA “SITUS GUNUNG PADANG DI BAWAH TIMBUNAN”

1. azd1 Baca lebih lanjut

Salam persahabatan,

Kali ini saya salut dengan pengamatan Mang Okim. Dalam 1 hari dapat mengambil kesimpulan yg menurut saya sangat tepat. Kesimpulan seorang geolog ini justru berbeda dgn kesimpulan arkeolog-arkeolog dari tim Pusat Arkeologi Nasional (November 2012):

Menurut Mang Okim: “Klimaks dari peninjauan kami adalah bekas ekskavasi pertama TTMPGP di lereng timur Teras III yang luasnya 3 X 9 m2 dengan kedalaman 4 meter. Ekskavasi yang dinilai oleh beberapa arkeolog di tempat inapropriate karena menyimpang dari SOP , ternyata lokasinya berada di lereng/tebing bersudut kritis, sekitar 40 derajat. Jaraknya yang hanya sekitar 30 meteran di bawah struktur Teras III yang telah mengalami pergelinciran, jelas sangat membahayakan keselamatan situs. Kurang dari 10 meteran di bawah ekskavasi pertama, TTMPGP melakukan juga ekskavasi kedua yang tidak tuntas. Di ekskavasi kedua ini terlihat adanya beberapa balok andesit yang bercampur dengan tanah lempungan. Hal ini memberikan indikasi bahwa balok-balok andesit tersebut yang sumbunya tegak lurus terhadap arah tebing timur merupakan bawaan longsoran. Lokasi ekskavasi TTMPGP yang diumumkan terletak di tanah masyarakat , ternyata merupakan satu kesatuan dengan bangunan punden berundak.”

Perlu diketahui, peneliti yang melakukan ekskavasi di lereng timur tidak hanya TTPMGP, tetapi juga Tim Pusat Arkeologi Nasional. Tim-tim itu masing-masing telah menutup kotak ekskavasinya, sehingga peninjau yg tidak hadir saat ekskavasi tidak dapat secara pasti menyebut ukuran dan kedalaman kotak gali. Ukuran dan kedalaman kotak gali pasti didengar dari hasil perbincangan, bukan pengamatan/peninjauan.

Silakan klarifikasi kepada tim Pusat Arkeologi Nasional:

1) Yg ekskavasi di teras III itu siapa? Itu jauh sekali dgn lokasi ekskavasi TTPMGP. Justru yg Mang Okim lihat itu kemungkinan besar bekas ekskavasi Pusat Arkeologi Nasional (Nov 2012) yg ada di sekitar teras III-IV.

2) Mengapa seorang geolog dapat mengambil kesimpulan “ternyata merupakan satu kesatuan dengan bangunan punden berundak”? Padahal arkeolog-arkeolog di tim Pusat Arkeologi Nasional menyatakan yg di tanah masyarakat “bukan merupakan bagian yg sezaman dgn punden berundak” (tim Pusat Arkeologi Nasional, November 2012).

3. Hasil peninjauan Mang Okim setelah ekskavasi selesai jadi menimbulkan pertanyaan: siapa geolog yg terlibat dan bahu-membahu dalam ekskavasi tim Pusat Arkeologi Nasional pada November 2012? Siapa yg bertanggung jawab utk aspek geologis dari kesimpulan yg dihasilkan tim Pusat Arkeologi Nasional?

Bagaimanapun hasil peninjauan Mang Okim setelah ekskavasi usai memberi kita semua banyak pelajaran berharga bagi pengembangan ilmu di masa depan. Sudah saatnya riset lintas disiplin dan datang bersama-sama serta bahu-membahu demi negeri tercinta.

Ali Akbar

aza1Resume/Dialog Imajiner yang menguraikan apa SEBENARNYA yang di kontroversialkan di riset Gunung padang ini. Mudah-mudahan hal ini bisa membantu kita untuk melihat dengan lebih jernih bahwa masalah perbedaan pendapat di ranah ilmiahnya sebenarnya biasa saja, hanya tergantung dari cara memandang dan ketersediaan data yang dipunyai dua kelompok ini. KITA yakin kalau dipertemukan dan didiskusikan dengan baik-baik bisa diselesaikan dengan mudah karena hanya menyangkut interpretasi fisik yang straight forward. Kalaupun mau melakukan pembuktian yang lebih tidak-terbantahkan pun tidak sulit sebenarnya. Selamat membaca. Baca lebih lanjut